Edward Scissorhands



hmmm...mungkin gw udah ketinggalan jaman banget,gw baru tau film ini beberapa minggu lalu itupun rekomendasi dari temen gw, Ya Awalnya gw cukup aneh ngedenger judul dari filmnya tapi setelah gw tau yang maen Jonny Deep Huuu...Hati LAngsung Semangat buat nyari nich film,dengan modal gratisan Akhirnya gw dapet nich film,,satu kata buat nich film "Ajibbb" walaupun ini cerita lama,malah kayaknya gue blm lahir dech waktu ini film muncul,nich film direkomendasikan sekitar tahun 1990-an ( kAYAKNYA Waktu itu bokap-nyokap masih pada pacaran hehehheh ^_^ )emang film ini terkesan biasa ajj tapi dari film ini gw nangkep pesan moral yang hebat banget.Ceritanya tentang seorang penemu yang nyiptain sosok Edward (Johnny Depp) dari koleksi temuannya. padahal temuannya juga gak ada yang cukup membanggakan , malah terkesan konyol (dia cuma bisa membuat rangkaian mekanisme pembuat-kue). Tapi walaupun begitu, dia mampu “menciptakan” Edward. Luar biasaaaa....
Sedikit gak masuk akal, tapi justru yang gak masuk akal dan biasa-biasa aja yang bikin film ini unik.saat itu sosok edward blm sempurna,tangan-tangannya masih terbuat dari gunting pemotong rumput karena penemunya keburu meninggal tapi sebelum meninggal penemu mengajarkan edward tentang kehidupan bermasyarakat dan norma-norma kehidupan
Lalu, datanglah seorang tokoh yang mengubah kehidupan Edward ( klo difilm tarzan mungkin ini sebagai sosok jane ). Yang mengajak Edward untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Walaupun tujuan awalnya, didorong oleh rasa putus asa gara-gara pemasaran produknya gagal, namun niatnya benar-benar tulus,gak berusaha untuk memanfaatkan. Walaupun masyarakat berpikiran sebaliknya.Edward sempat menolak untuk diajak tinggal bersama kim (Winona Ryder) tetapi disitulah tokoh Kim (Winona Ryder) menjadi pemikat hatinya. ya Pokonya film yang tergolong jadul ini wajib lo tonton coz gak kayak film kebanyakan,gak akan nyesel deh

GoCkhil Team ^_^


mereka bukan sekedar temen,bukan sekedar sahabat,tapi mereka itu lebih dari temen,lebih dari saudara, mereka mau nerima apapun yang kurang dari gw,mereka bukan baru kemaren sore kenal gw tapi kita udah temenan hampir 6 taon,ya bisa kebayang kan hal apa aja yang udah gw laluin bareng mereka mungkin kalo di tulis bisa jadi novel kali...
Awal gw temenan sama mereka dimulai dari SMP kelas 1 sampe sekarang, meski kadang gw juga suka bete sama tingkah mereka tapi menurut gw cuma mereka yang bisa bikin gw semangat lagi, klo ditanya orang " siapa sich orang yang paling loe sayang selain nyokap bokap lo " jawaban gw pasti adalah mereka. Emang banyak orang yang bilang ngapain juga lo pertahanin persahabatan lo sampe segitunya padahal belum tentu sahabat-sahabat lo itu baik. Tapi gw percaya walau mereka gak sebaik yang orang-orang pikir tapi gw jauh lebih kenal mereka. Inget banget dulu waktu kita semua bolos bimbel ( Kalo sekarang semacem Pendalaman Materi gitu ),saking kepengennya ngumpul akhirnya kita semua janjian diwarung mie ayam ( dulu kita semua beda kelas ) terus kabur dech dan yang bikin sialnya waktu itu kita semua ketangkep basah sama guru paling killer se-Antero Sekolah dan alhasil kita semua dikejar-kejar dan maen kucing-kucingan sama tuh guru..itu moment yang paling gw inget banget.gak bakal gw lupain sampe gw pikun ntar heheheh..tapi setelah lulus smp kita semua lagi-lagi beda sekolah faktor ketemu dan ngumpul bareng jadi susah tapi itu gk bisa misahin persahabatan qt.mungkin kalo ada yang baca posting ini nganggepnya ini terlalu narsist buat dipublikasikan tapi it's Real tanpa rekayasa..sekarang kita semua udah dewasa kita semua udah mulai punya jalan hidup masing-masing tapi biar kaya gitu kita gak pernah lupa pernah punya sahabat,, thanks God for everything You've given to me...^_^ makasih udah kasih mereka,,miss you so much Guys...

TO DO,TO HAVE,ATAU TO BE????

“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau.
“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau.
Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

Powered By Blogger

About this blog

Pages

Pengikut

About Me

Foto saya
Thanks God for everything you've given to me !!! ^_^

Hasil iseng

Hasil iseng
Happy Sunday With Wahyuni dewi